Sejarah Blangkon
Blangkon adalah tutup kepala yang digunakan oleh kaum pria sebagai bagian dari pakaian tradisional jawa. Blangkon sebenarnya bentuk praktis dari iket yang merupakan tutup kepala yang dibuat dari batik. Tidak ada catatan sejarah yang dapat menjelaskan asal mula pria jawa memakai ikat kepala atau penutup kepala ini.
ada teori lain yang berasal dari para sesepuh yang mengatakan bahwa pada jaman dahulu, iket kepala tidaklah permanen seperti sorban yang senantiasa diikatkan pada kepala. Tetapi dengan adanya masa krisis ekonomi akibat perang, kain menjadi satu barang yang sulit didapat. Oleh sebab itu , para petinggi keraton meminta seniman untuk menciptakan ikat kepala yang menggunakan separoh dari biasanya untuk efisiensi maka terciptalah bentuk penutup kepala yang permanen dengan kain yang lebih hemat yang disebut blangkon.
Spoiler for for sejarah blangkon:
pada jaman dahulu, blangkon memang hanya dapat dibuat oleh para seniman ahli dengan pakem (aturan) yang baku. semakin memenuhi pakem yang ditetapkan, maka blangkon tersebut akan semakin tinggi nilainya. seorang ahli kebudayaan bernama becker pernah meneliti tata cara pembuatan blangkon ini, ternyata pembuatan blangkon memerlukan satu keahlian yang disebut “virtuso skill”. menurut nya : “that an object is useful, that it required virtuso skill to make –neither of these precludes it from also thought beatiful. Some craft generete from within their own tradition a feeling for beauty and with it appropriete aesthetic standards and common of taste”.
Spoiler for sejarah blangkon:
blangkon pada prinsipnya terbuat dari kain iket atau udeng berbentuk persegi empat bujur sangkar. ukurannya kira-kira selebar 105 cm x 105 cm. yang dipergunakan sebenarnya hanya separoh kain tersebut. Ukuran blangkon diambil dari jarak antara garis lintang dari telinga kanan dan kiri melalui dahi dan melaui atas. pada umumnya bernomor 48 paling kecil dan 59 paling besar.
Spoiler for sejarah blangkon:
blangkon terdiri dari beberapa tipe yaitu : Menggunakan mondholan, yaitu tonjolan pada bagian belakang blangkon yang berbentuk seperti onde-onde. blangkon ini disebut sebagai blangkon gaya yogyakarta. Tonjolan ini menandakan model rambut pria masa itu yang sering mengikat rambut panjang mereka di bagian belakang kepala, sehingga bagian tersebut tersembul di bagian belakang blangkon. Lilitan rambut itu harus kencang supaya tidak mudah lepas.
Spoiler for sejarah blangkon:
model trepes, yang disebut dengan gaya surakarta. gaya ini merupakan modifikasi dari gaya yogyakarta yang muncul karena kebanyakan pria sekarang berambut pendek. Model trepes ini dibuat dengan cara menjahit langsung mondholan pada bagian belakang blangkon. Selain dari suku jawa (sebagian besar berasal dari provinsi jawa tengah, diy, dan jawa timur), ada beberapa suku laindi indonesia yang memakai iket kepala yang mirip dengan blangkon jawa yaitu : Suku sunda (sebagian besar berasal dari provinsi jawa barat dan banten), suku madura, suku bali, dan lain-lain. Hanya saja dengan pakem dan bentuk ikat yang berbeda-beda.
Sumber:
http://www.f*rumkami.com/forum/sejarah/33764-sejarah-blangkon-pria-jawa.html